Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kitab Tentang Ilmu (Shahih Bukhari)

Daftar Isi [Lihat]
Kitab Tentang Ilmu (Shahih Bukhari)
(Dari audio rekaman kajian kitab Shahih Bukhari oleh pemateri al Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah)

PENJELASAN KITAB ILMU 

Makna ilmu secara istilah adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan porsinya dengan pemahaman yang tepat. Adapun yang diinginkan oleh Imam Bukhari (dan juga para ulama lainnya) adalah ilmu syar'i, yaitu ilmu tentang bimbingan bimbingan dan wahyu yang Allah turunkan kepada rasulNya ﷺ. Ilmu inilah yang banyak dipuji oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam al Qur'an dan oleh Rasulullah ﷺ dalam haditsnya.
Dalam memahami Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah ﷺ harus dipahami dengan pemahaman dan pengamalan tiga generasi terbaik umat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Sehingga banyak ulama juga mendefinisikan ilmu syar'i adalah apa yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam al Qur'an, apa yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ dalam sunnahnya, dan apa yang dipahami oleh para sahabat Rasulullah tentang al Qur'an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Dengan ilmu syar'i, seseorang dinyatakan sebagai 'alim. Adapun ilmu ilmu yang selainnya dari ilmu duniawi maka tidak termasuk dalam kategori ilmu syar'i yang diinginkan dalam al Qur'an dan hadits. Jika disebutkan kalimat ilmu dalam al Qur'an atau hadits, maka yang dimaksud adalah ilmu syar'i dan secara khusus adalah ilmu tentang hadits Rasulullah ﷺ.

Ilmu dibagi menjadi 2 dari sisi kemanfaatannya:
1) Ilmu yang bermanfaat (ilmu yang dipuji), yaitu ilmu tentang al Qur'an, Sunnah Rasulullah, penjelasan penjelasan para sahabat yang membawa pemiliknya untuk senantiasa memiliki rasa takut (khosyah) kepada Allah dan membawa pemiliknya untuk mencintai apa yang dicintai oleh Allah, mencintai siapa saja yang dicintai oleh Allah, serta membenci apa saja dan siapa saja yang dibenci oleh Allah dan Rasulnya.
Inilah ilmu yang dimaksud oleh Allah dalam surat Fathir ayat 28: "Hanya saja yang memiliki rasa takut (khosyah) kepada Allah dari kalangan hamba hambaNya ialah orang orang yang berilmu ('ulama)".
2) Ilmu yang tidak bermanfaat (ilmu yang tercela). Yang menyebabkan ilmu tersebut tidak bermanfaat dikarenakan 2 sebab yaitu karena dzat ilmu sendiri tidak bermanfaat  bahkan membahayakan pemiliknya Contohnya adalah ilmu sihir, santet, perdukunan, ramal meramal, pelet, dan yang semisalnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqarah ayat 102: " ... dan mereka mempelajari dari Harut dan Marut ilmu yang bisa mencerai beraikan antara laki-laki dan istrinya. ... Dan mereka mempelajari ilmu yang membahayakan mereka dan tidak bermanfaat bagi mereka."
Contoh lainnya adalah ilmu filsafat, ilmu kalam, atau ilmu mantiq yang membuat orang menjadi stress dan gila ketika mempelajari ilmu tersebut.
Sebab yang kedua ilmu tidak bermanfaat adalah karena pemiliknya, bukan karena ilmunya. Ilmu yang dimiliki bersifat shahih yaitu ilmu tentang al Qur'an dan sunnah Rasulullah ﷺ, serta pemahaman para sahabat. Namun menjadi tidak bermanfaat dikarenakan pelakunya tidak mau mengamalkan ilmu tersebut. Bahkan ia menjadikan ilmu tersebut sebagai alat untuk menggapai perkara duniawi semata.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat al Jumu'ah tentang orang orang Yahudi: "Permisalan orang orang yang membawa Taurat kemudian mereka tidak mengamalkan isinya diumpamakan seperti keledai yang memikul kitab."
Dijelaskan pula dalam surat Al A'raf ayat 175-176: Bacakanlah (wahai Nabi) kepada mereka (kaum musyrikin) berita tentang seseorang yang dulunya telah kami berikan ayat ayat kami. Kemudian dia terlepas (dengan lepasan yang tidak mungkin kembali lagi) dari ilmu tersebut. Maka akhirnya iapun diikuti oleh setan. Maka iapun menjadi orang yang sesat. Kalau seandainya kami menghendaki, niscaya akan kami angkat martabatnya dengan ayat-ayat kami. Akan tetapi ia masuk ke dalam bumi (terjangkiti penyakit cinta dunia) dan mengikuti hawa nafsunya (syubhat-syubhat dan kebid'ahan). Maka permisalan orang seperti ini seperti anjing. Jika engkau menggendong anjing tersebut, ia menjulurkan lidahnya. Atau jika engkau biarkan, lidahnya tetap terjulur."
Imam Ibnul Qayyim al Jauziyyah rahimahullah dalam kitabnya al Fawaid menerangkan tentang keadaan anjing yang selalu terjulur lidahnya dalam berbagai keadaan maknanya adalah karena orang tersebut sudah terjangkiti penyakit syubhat dan syahwat, maka ia sudah tidak lagi mau menerima nasehat dari siapapun.
Sehingga wajib bagi kita mempelajari ilmu yang bermanfaat (ilmu syar'i) dan mengamalkan semampunya. Ilmu yang dipelajari tersebut digunakan untuk mengangkat kebodohan, untuk beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya, dan membimbing manusia ke jalan yang benar dengan penuh nasehat dan kejujuran.

=======
Simak serial audionya untuk penjelasan & tambahan faedah lainnya di kanal t.me/sunnahme. Join untuk notifikasi terbaru di perangkat Anda. Share dengan tetap menyertakan sumbernya.

Posting Komentar untuk "Kitab Tentang Ilmu (Shahih Bukhari)"

بسم الله الرحمن الرحيم