Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Surat al Baqarah ayat 78-79

Daftar Isi [Lihat]

 وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79)

(78) Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Kitab (Taurat), kecuali hanya dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. (79) Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.

Makna Ayat

Setelah pada ayat sebelumnya (75-77) Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan tentang rusaknya para ulama (orang-orang berilmu) dari kalangan Ahli Kitab yang sengaja mengubah-ubah Kalamullah (يُحَرِّفُونَهُ ), kini Allah menjelaskan kondisi golongan kedua, yaitu orang-orang awam mereka. Dengan demikian, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan telah merata pada dua tingkatan di kalangan Bani Israil: ulama mereka dan orang-orang bodoh (awam) mereka, yang keduanya sama-sama rusak.
Ayat 78: Golongan Ummiyyun (Orang Awam yang Jahil dan Bertaklid Buta)

  • Definisi Ummiyyun: Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa di antara Ahli Kitab, ada golongan أُمِّيُّونَ (ummiyyun), yaitu orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis.
  • Kondisi Mereka:
    • لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ (tidak mengetahui Kitab): Mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang isi kitab suci mereka (Taurat). Mereka tidak mengerti berita-berita umat terdahulu maupun hakikat kebenaran yang terkandung di dalamnya.
    • إِلَّا أَمَانِيَّ (kecuali hanya amaniyy): Pengetahuan mereka tentang agama hanyalah sebatas amaniyy, yang berarti angan-angan kosong, dongeng, atau prasangka-prasangka baik yang tidak berdasar. Mereka hanya mendengar bacaan dari para pendeta tanpa memahami maknanya.
    • وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (dan mereka hanya menduga-duga): Mereka tidak berjalan di atas ilmu, melainkan di atas ظُنُون atau prasangka. Mereka hanya bertaklid buta kepada para pemuka agama mereka dengan berpikir, "Tidak mungkinlah mereka menyesatkan kita, mereka kan orang saleh."
  • Golongan ini rusak karena mereka menyerahkan agamanya sepenuhnya kepada para tokoh tanpa mau belajar dan tanpa memiliki pandangan (basirah). Mereka seperti kerbau yang dicocok hidungnya, ikut ke mana saja diseret.

Ayat 79: Ancaman bagi Ulama Jahat yang Menjual Agama

  • Setelah menjelaskan kerusakan orang awam, Allah kembali mengancam para ulamanya yang jahat. Ancaman ini dimulai dengan kata فَوَيْلٌ (Fawailun), yang bermakna kecelakaan besar, azab yang dahsyat, dan penyesalan yang mendalam.
  • Kejahatan Mereka:
  1. يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ: Mereka menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, berisi ajaran, hukum, atau fatwa yang mereka rekayasa.
  2. ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ: Kemudian, mereka berdusta dengan mengatasnamakan Allah, menyatakan bahwa tulisan rekayasa mereka itu berasal dari sisi Allah. Perbuatan ini mengandung dua kejahatan besar: menyembunyikan kebenaran yang asli dan menampakkan kebatilan.
  • Tujuannya Keuntungan Dunia:
  1. لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا (untuk menjualnya dengan harga murah): Tujuan mereka melakukan ini adalah untuk mendapatkan keuntungan duniawi.
  2. Makna "Harga Murah": Syaikh As-Sa'di menegaskan bahwa dunia seluruhnya, dari awal hingga akhir, adalah harga yang murah jika dibandingkan dengan akhirat. Jadi, menjual agama untuk mendapatkan dunia, seberapa pun besar keuntungan dunianya, tetaplah sebuah kerugian besar.
  • Ancaman Ganda dari Allah: Allah mengancam mereka dengan dua kecelakaan:
  1. فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ: Celaka bagi mereka karena perbuatan tahrif dan kedustaan yang mereka tulis. Ini adalah dosa karena merusak agama.
  2. وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ: Dan celaka bagi mereka karena keuntungan haram yang mereka peroleh dari perbuatan tersebut. Ini adalah dosa karena mengambil harta manusia secara batil. Kata Syaikh As-Sa'di, kejahatan ini lebih besar daripada merampok atau mencuri.

Faedah

  • Dua Pilar Kesesatan: Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kesesatan dalam suatu umat ditopang oleh dua pilar: ulama jahat yang menyesatkan dan orang awam jahil yang taklid buta.
  • Bahaya Taklid Buta (Taqlid A'ma): Taklid buta adalah perbuatan menjadikan pendeta dan rahib sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, sebagaimana dijelaskan Nabi ﷺ kepada 'Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu. Yaitu ketika mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan, kaumnya tetap mengikuti. Kewajiban seorang muslim adalah mengikuti ulama dengan ilmu dan dalil, bukan "pokoknya apa kata kiai".
  • Ancaman bagi Umat Islam yang Meniru: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang dikutip oleh Syaikh As-Sa'di, menegaskan bahwa cercaan dan ancaman dalam ayat-ayat ini juga berlaku bagi siapa pun dari umat Islam yang meniru jejak Ahli Kitab. Ini mencakup:
    • Para Ahli Bid'ah: Mereka yang membuat prinsip-prinsip baru yang batil lalu mengatasnamakan Al-Qur'an dan Sunnah. Contohnya adalah kelompok yang mengubah hukum zakat menjadi 20% dari gaji setiap bulan, tanpa memperhatikan nisab dan haul.
    • Penulis dan Intelektual Sesat: Orang-orang yang menulis buku atau artikel untuk "mereaktualisasi Islam", "membumikan Al-Qur'an", atau mempromosikan "Islam Nusantara" dan sejenisnya, dengan tujuan mengubah hukum-hukum Allah (seperti hukum waris) agar sesuai pesanan dan tuntutan zaman.
    • Orang Awam yang Malas Belajar: Orang-orang yang mengaku muslim tetapi tidak mau mempelajari Al-Qur'an kecuali hanya membacanya (bahkan terkadang hanya surat tertentu) tanpa memahami isinya. Mereka menjadi seperti golongan ummiyyun yang hanya taklid.
    • Orang Berilmu yang Menyembunyikan Kebenaran: Mereka yang tahu mana yang hak dan batil, tetapi memilih diam dengan alasan "tidak mau ribut" atau "menghindari fitnah". Diamnya mereka bisa menjadi pembenaran bagi pelaku kebatilan. 


(Dari audio rekaman kajian kitab Tafsir as Sa'di oleh pemateri al Ustadz Muhammad bin 'Umar as Sewed hafizhahullah. Simak audionya di www.sunnah.me/2019/10/tafsir-as-sadi-ustadz-muhammad-bin-umar.html dan dapatkan kumpulan tafsirnya dalam file pdf di channel telegram @sunnahme)



Posting Komentar untuk "Tafsir Surat al Baqarah ayat 78-79"

بسم الله الرحمن الرحيم ِ