Tafsir Surat al Baqarah ayat 83
وَإِذْأَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَاتَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ (83)
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu (berpaling), kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu menjadi pembangkang."
Makna Ayat
Ayat ini melanjutkan pengingat Allah subhanahu wa ta’ala kepada Bani Israil (dan juga sebagai pelajaran bagi umat Islam) mengenai perjanjian agung yang telah mereka sepakati. Perjanjian ini mengandung serangkaian perintah yang menjadi fondasi utama agama (ushuluddin). Perintah-perintah tersebut adalah:
- Tauhid: Beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata.
- Berbuat Baik (Ihsan): Berbakti kepada kedua orang tua, serta berbuat baik kepada kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
- Tutur Kata yang Baik: Mengucapkan perkataan yang baik kepada seluruh umat manusia.
- Ibadah Ritual: Menegakkan shalat dan menunaikan zakat.
Perintah-perintah ini merupakan prinsip universal yang ada dalam setiap syariat yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada para nabi-Nya. Namun, sebagaimana tabiat mereka, setelah perjanjian itu diambil, mayoritas dari Bani Israil berpaling dan menolak untuk melaksanakannya, kecuali hanya segelintir orang diantara mereka yang diselamatkan Allah.
Faedah
- Rincian Isi Perjanjian (مِيثَٰقَ) Bani Israil
Perjanjian ini mencakup prinsip-prinsip dasar agama yang paling fundamental:- a. Tauhid Murni (لَاتَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ)
- Ini adalah hak Allah subhanahu wa ta’ala atas hamba-Nya dan merupakan prinsip utama dan pertama. Tidak ada satu amalan pun yang diterima tanpa didasari oleh tauhid.
- Kalimat لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ (kalian tidak beribadah kecuali kepada Allah) menggunakan bentuk kalimat berita (khabar), bukan kalimat larangan (nahi). Gaya bahasa ini lebih tinggi maknanya, seolah-olah menyatakan bahwa sudah seharusnya keadaan alami seorang hamba adalah hanya beribadah kepada Allah.
- Kalimat ini mengandung perintah untuk beribadah hanya kepada Allah dan larangan untuk berbuat syirik.
- b. Berbuat Baik (Ihsan) kepada Kedua Orang Tua, Kerabat, Anak Yatim, dan Orang Miskin
- Ihsan adalah berbuat kebaikan yang mencakup ucapan dan perbuatan.
- Menurut kaidah ushul fiqh, perintah terhadap sesuatu merupakan larangan terhadap lawannya. Maka, perintah berbuat ihsan secara otomatis melarang berbuat kejelekan atau durhaka.
- Lawan dari ihsan ada dua tingkatan: (1) Al-Isa'ah, yaitu berbuat jelek dan durhaka kepada orang tua, yang merupakan dosa besar setelah syirik. (2) Adamul Ihsan, yaitu tidak berbuat baik (tidak peduli), yang juga diharamkan meskipun tingkatannya di bawah yang pertama.
- Rincian perbuatan ihsan tidak dapat dihitung, tetapi dapat dipahami melalui definisinya. Selama suatu perbuatan atau ucapan mengandung kebaikan, maka itu termasuk ihsan , seperti sekadar menyapa atau menanyakan kabar.
- c. Berkata Baik kepada Seluruh Manusia (وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا)
- Perintah ini bersifat umum karena menggunakan kata لِلنَّاسِ (untuk manusia), yang mencakup muslim maupun kafir.
- Bentuk perkataan yang baik meliputi:
- Amar ma'ruf nahi munkar: Mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Ini berlaku untuk semua manusia. Kepada orang kafir, bentuknya adalah dakwah tauhid, mengajak mereka masuk Islam. Kepada ahli bid'ah, bentuknya adalah memperingatkan mereka dari kesesatannya agar kembali ke sunnah.
- Mengajarkan Ilmu: Menyebarkan ilmu agama adalah bentuk ihsan dengan ucapan.
- Berucap Adil: Mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, baik terhadap kawan maupun lawan.
- Menjauhi Perkataan Buruk: Perintah ini secara implisit melarang ucapan dusta, ghibah, dan kesaksian palsu yang dianggap sebagai salah satu dosa paling besar.
- Berdebat dengan Cara Terbaik: Allah memerintahkan untuk tidak membantah Ahli Kitab kecuali dengan cara yang lebih baik.
- d. Menegakkan Shalat dan Menunaikan Zakat
- Shalat mengandung keikhlasan dan merupakan perwujudan hubungan baik seorang hamba dengan Allah (hablun minallah).
- Zakat mengandung ihsan kepada sesama manusia dan merupakan perwujudan hubungan baik dengan sesama makhluk (hablun minan-nas).
- Universalitas Prinsip-Prinsip Agama
- Perintah-perintah dalam ayat ini adalah ushuluddin (prinsip-prinsip dasar agama) yang tidak pernah dibatalkan (mansukh) dan diajarkan oleh semua nabi dan rasul.
- Analogi para nabi seperti saudara seayah namun berbeda ibu. Artinya, "ayah" mereka atau prinsip dasar akidah (tauhid) mereka sama, sedangkan "ibu" atau rincian syariat mereka bisa berbeda-beda.
- Tabiat Bani Israil: Berpaling dan Membangkang
- Meskipun telah mengambil perjanjian yang begitu agung dan jelas kebaikannya, mayoritas Bani Israil tetap berpaling.
- Sifat berpaling mereka adalah bentuk penolakan yang sadar dan tanpa niat untuk kembali atau bertaubat.
- Allah subhanahu wa ta’ala dengan keadilan-Nya tetap memberikan pengecualian, yaitu إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ (kecuali segelintir dari kalian). Ini menunjukkan ada sebagian kecil dari mereka yang Allah jaga dan tetapkan di atas kebenaran.
- Meskipun ada pengecualian, penyebutan celaan secara umum kepada Bani Israil dibenarkan berdasarkan kaidah Al-Hukmu lil Ghaalib (hukum itu berlaku untuk mayoritas).
(Dari audio rekaman kajian kitab Tafsir as Sa'di oleh pemateri al Ustadz Muhammad bin 'Umar as Sewed hafizhahullah. Simak audionya di www.sunnah.me/2019/10/tafsir-as-sadi-ustadz-muhammad-bin-umar.html dan dapatkan kumpulan tafsirnya dalam file pdf di channel telegram @sunnahme)
Posting Komentar untuk "Tafsir Surat al Baqarah ayat 83"