Tafsir Surat al Baqarah ayat 92-96
وَلَقَدْ جَاءَكُمْ مُوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (92) وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا ۖ قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۚ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (93) قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (94) وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (95) وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (96)
Dan sungguh, Musa telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran, kemudian kamu mengambil (patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)nya, dan kamu (memang) orang-orang zalim. (92) Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Tur) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengarkan tetapi kami mendurhakai.” Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan kepada patung) anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh keimananmu kepadamu jika kamu orang-orang beriman!” (93) Katakanlah (Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah, khusus untukmu saja bukan untuk orang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.” (94) Tetapi mereka tidak akan pernah mengharapkannya (kematian itu) selamanya, karena (dosa-dosa) yang telah dilakukan oleh tangan-tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim. (95) Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka, manusia yang paling serakah terhadap kehidupan (dunia), bahkan (lebih serakah) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (96)
Makna Ayat
Ayat 92-93: Bukti-Bukti Lain Kedustaan Mereka
Allah subhanahu wa ta’ala melanjutkan dengan memberikan bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa mereka tidak pernah benar-benar beriman, bahkan kepada Taurat sekalipun.
- Bukti Penyembahan Anak Sapi (Ayat 92):
- وَلَقَدْ جَاءَكُمْ مُوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ (Dan sungguh, Musa telah datang dengan bukti-bukti kebenaran). Namun, setelah Musa datang dengan mukjizat dan ajaran Tauhid, mereka justru اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ (mengambil patung anak sapi sebagai sembahan).
- Mereka melakukan kesyirikan ini dalam keadaan وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (dan kalian adalah orang-orang zalim), artinya mereka melakukannya tanpa ada udzur (alasan) kebodohan, karena kebenaran telah disampaikan kepada mereka.
- Bukti Penolakan Perjanjian (Ayat 93):
- Allah mengingatkan mereka pada peristiwa diangkatnya Gunung Tur di atas kepala mereka untuk memaksa mereka menerima perjanjian (Taurat).
- Ketika diperintahkan خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا (Pegang teguhlah dan dengarkanlah/taatilah), mereka justru menjawab dengan puncak kedurhakaan: سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا ("Kami dengar, tetapi kami durhaka/mengingkari").
- Penyebab Kedurhakaan: وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ (dan telah meresap ke dalam hati mereka kecintaan pada patung anak sapi karena kekafiran mereka). Kecintaan pada kesyirikan telah begitu mendarah daging sehingga sulit dihilangkan.
- Sindiran Keras: Allah memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk berkata kepada mereka: بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ("Jelek sekali perintah iman kalian, jika kalian memang beriman!"). Ini adalah sindiran telak yang menunjukkan bahwa perbuatan mereka (membunuh nabi, menyembah patung, durhaka) mustahil lahir dari sebuah keimanan. Keimanan yang benar pasti akan menyuruh kepada kebaikan.
Ayat 94-96: Tantangan Mubahalah Kematian dan Hakikat Mereka
Setelah semua argumen dan bukti dipaparkan, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan tantangan pamungkas yang bersifat mubahalah (saling melaknat atau memohon keputusan dari Allah).
- Tantangan Allah (Ayat 94):
- Allah menantang klaim-klaim kesombongan mereka, seperti anggapan bahwa mereka adalah anak-anak dan kekasih Allah (abnaullahi wa ahibba'uh) dan bahwa surga itu khusus untuk mereka saja (خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ).
- Tantangannya adalah: فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ("maka harapkanlah kematian jika kalian memang jujur") hal tersebut karena Kematian adalah pintu gerbang menuju akhirat. Jika mereka benar-benar yakin akan masuk surga, seharusnya mereka merindukan kematian agar bisa segera menikmati janji tersebut.
- Jawaban Ilahi dan Realita Mereka (Ayat 95-96):
- Mereka Tidak Akan Pernah Berani (Ayat 95): Allah subhanahu wa ta’ala, yang Maha Mengetahui isi hati, langsung mengungkap jawaban mereka: وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا (Dan mereka tidak akan pernah mengharapkannya selamanya).
- Penyebab Ketakutan: Mereka takut mati بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ (karena dosa-dosa yang telah mereka lakukan). Mereka sadar akan kekufuran, kesyirikan, dan penentangan mereka, sehingga mereka tahu bahwa kematian adalah jalan menuju pembalasan dan azab.
- Manusia Paling Rakus pada Dunia (Ayat 96): Allah menyingkap hakikat mereka lebih dalam lagi: وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ (Dan sungguh, engkau akan mendapati mereka manusia yang paling serakah terhadap kehidupan).
- Mereka bahkan lebih rakus pada dunia dibandingkan orang-orang musyrik yang tidak percaya pada hari kebangkitan.
- يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ (Masing-masing mereka ingin diberi umur seribu tahun). Namun, Allah menegaskan bahwa umur panjang sekalipun tidak akan bisa menyelamatkan mereka dari azab.
Faedah
- Kebohongan Selalu Terbongkar: Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan bahwa klaim keimanan yang tidak disertai bukti amal dan ketundukan adalah sebuah kebohongan. Allah membongkar kedustaan Bani Israil dengan bukti-bukti sejarah mereka sendiri.
- Mubahalah sebagai Hujjah Terakhir: Ketika semua dalil dan argumen logis ditolak oleh penentang kebenaran, mubahalah menjadi cara terakhir untuk menunjukkan siapa yang berada di pihak yang benar. Ketidakberanian mereka menerima tantangan ini menjadi bukti nyata bahwa mereka berada di atas kebatilan.
- Kecintaan pada Dunia adalah Tanda Lemahnya Iman pada Akhirat: Keserakahan Bani Israil terhadap kehidupan dunia dan ketakutan mereka pada kematian adalah cerminan dari hati yang tidak yakin pada janji Allah di akhirat dan kesadaran akan dosa-dosa besar yang telah mereka lakukan.
- Doa yang Benar Terkait Kematian: Seorang muslim dilarang mengharapkan kematian karena putus asa. Doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah: "Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku," menyerahkan keputusan terbaik kepada Allah.
(Dari audio rekaman kajian kitab Tafsir as Sa'di oleh pemateri al Ustadz Muhammad bin 'Umar as Sewed hafizhahullah. Simak audionya di www.sunnah.me/2019/10/tafsir-as-sadi-ustadz-muhammad-bin-umar.html dan dapatkan kumpulan tafsirnya dalam file pdf di channel telegram @sunnahme)
Posting Komentar untuk "Tafsir Surat al Baqarah ayat 92-96"